Sabtu, 03 Desember 2011
Hambatan Yang Mungkin Terjadi Pada Pelaksanaan Dialog Antar Umat Beragama
Hambatan dalam dialog adalah bahasa yang berbeda karena masing-masing memiliki latar belakang kebudayaan yan berbeda-beda. Yang paling harus dihindari adalah prasangka negatif, sifat egois dan nafsu membela diri.
Kita juga harus bisa menyadari bahwa walaupun berbeda agama tetapi kita tetap memiliki kepercayaan yang sama yaitu terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kita juga harus menyadari bahwa kita berada di satu negara yang sama sehingga harus menciptakan persatuan dan kesatuan setiap umat beragama.
Jumat, 21 Oktober 2011
Wirausaha
1.Pengertian
Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah orang yang memiliki keberanian untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Istilah Wirausaha merupakan terjemahan dari kata entepreneur (bahasa Perancis), yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between, yaitu orang yang berani bertindak mengambil peluang.
Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio mengatakan bahwa Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) adalah sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru.
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) seorang Muballig dan Pengusaha menjelaskan bahwa Entrepreneur adalah kemampuan kita untuk meng-create atau menciptakan manfaat dari apapun yang ada dalam diri kita dan lingkungan kita.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, sekurang-kurangnya terdapat tiga kunci pengertian wirausaha, yaitu melihat peluang; menentukan langkah/tahap kegiatan; dan berani menanggung resiko dalam upaya meraih kemanfaatan.
2.Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk “locus of control”, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausahawan yang besar.
3.Tahap-tahap Kewirausahaan
a. Tahap melaksanakan usaha
b. Tahap mempertahankan usaha
c. Tahap mengembangkan usaha
4.Faktor-faktor motivasi berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil
a. Memiliki visi dan tujuan yang jelas
b. Berorientasi pada prestasi
c. Berani mengambil risiko
d. Kerja keras dan jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu
e. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerja untuk merealisasikan
f. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan
g. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya
h. Tanggung jawab
i. Komitmen pada berbagai pihak
j. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak
5.Sikap dan Karakter Wirausaha
a. Selalu menjaga Nilai-nilai Agama, adil dan jujur dalam berbisnis
b. Disiplin
c. Komitmen Tinggi
d. Kreatif dan Inovatif
e. Mandiri
f. Menjalin Kerjasama dengan Fihak Lain
g. Realistis
Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah orang yang memiliki keberanian untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Istilah Wirausaha merupakan terjemahan dari kata entepreneur (bahasa Perancis), yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between, yaitu orang yang berani bertindak mengambil peluang.
Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio mengatakan bahwa Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) adalah sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru.
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) seorang Muballig dan Pengusaha menjelaskan bahwa Entrepreneur adalah kemampuan kita untuk meng-create atau menciptakan manfaat dari apapun yang ada dalam diri kita dan lingkungan kita.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, sekurang-kurangnya terdapat tiga kunci pengertian wirausaha, yaitu melihat peluang; menentukan langkah/tahap kegiatan; dan berani menanggung resiko dalam upaya meraih kemanfaatan.
2.Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk “locus of control”, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausahawan yang besar.
3.Tahap-tahap Kewirausahaan
a. Tahap melaksanakan usaha
b. Tahap mempertahankan usaha
c. Tahap mengembangkan usaha
4.Faktor-faktor motivasi berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil
a. Memiliki visi dan tujuan yang jelas
b. Berorientasi pada prestasi
c. Berani mengambil risiko
d. Kerja keras dan jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu
e. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerja untuk merealisasikan
f. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan
g. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya
h. Tanggung jawab
i. Komitmen pada berbagai pihak
j. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak
5.Sikap dan Karakter Wirausaha
a. Selalu menjaga Nilai-nilai Agama, adil dan jujur dalam berbisnis
b. Disiplin
c. Komitmen Tinggi
d. Kreatif dan Inovatif
e. Mandiri
f. Menjalin Kerjasama dengan Fihak Lain
g. Realistis
Wirausaha Dan Toleransi Agama Dikalangan Orang Muda
Negara Indonesia akhir- akhir ini dipandang sebagai Negara berkembang yang sedang mengalami krisis ekonomi, bahkan krisis dimensional. Berdasarkan evaluasi para pakar dan pengamat bidang ekonomi, krisis ekonomi tersebut terjadi karena kebijakan ekonomi makro yang bersifat sentralistik, dengan membesarkan pengusaha-pengusaha pemilik modal besar dan kurang memberdayakan ekonomi kerakyatan. Ternyata Negara-negara lain yang lebih banyak menumbuhkan ekonomi kerakyatan seperti Thailand dan Malaysia, dapat segera pulih dari krisis ekonomi yang dialaminya, dan kini telah menjadi Negara yang stabil dan maju bidang ekonominya.
Dengan menyadari kekeliruan kebijakan tersebut, menggalakkan ekonomi kerakyatan dengan mengembangkan kewirausahaan. Demikian halnya Pemerintah Daerah juga terus mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan, melalui upaya menumbuhkan dan mengembangkan semangat berwirausaha di kalangan masyarakat khususnya dikalangan orang muda.
Di Negara kita, jumlah orang yang berusia produktif/usia kerja setiap tahun terus bertambah. Sementara itu, jumlah perusahaan dan industri yang membuka peluang dan tempat bekerja sangat terbatas. Kondisi ini mengakibatkan makin meningkatnya jumlah pengangguran di Negara kita. Tingkat persaingan yang makin ketat di antara para pencari kerja. Peluang memperoleh pekerjaan yang layak pun semakin sempit. Akibatnya, banyak lulusan perguruan tinggi bekerja asal bekerja dan tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2011, awal Februari tahun 2011 jumlah pengangguran di Negara kita berjumlah 8,12 juta orang, dan akan terus bertambah setiap tahunnya, suatu jumlah yang sangat besar dan harus mendapat perhatian seluruh komponen bangsa. Untuk mengubah kondisi tersebut, masyarakat khususnya para pemuda baik penganut agama Islam, Katolik ataupun yang lainnya harus bertekad merubah orientasinya ke depan, “dari mencari kerja ke menciptakan pekerjaan”.
Para orang tua juga harus berupaya merasa bangga bila putera-puterinya menjadi wirausahawan walaupun tanpa gaji tetap setiap bulannya karena berwirausaha adalah pekerjaan yang mulia, dan akan lebih mulia lagi bila kegiatan wirausahanya mampu memberikan pekerjaan bagi orang lain Banyak bidang yang dapat dijadikan sebagai peluang untuk berwirausaha tanpa membedakan suku, agama dan ras sehingga hal ini akan menciptakan toleransi beragama dimana negara telah menjamin dan melindungi hak setiap warga negara untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Dengan menyadari kekeliruan kebijakan tersebut, menggalakkan ekonomi kerakyatan dengan mengembangkan kewirausahaan. Demikian halnya Pemerintah Daerah juga terus mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan, melalui upaya menumbuhkan dan mengembangkan semangat berwirausaha di kalangan masyarakat khususnya dikalangan orang muda.
Di Negara kita, jumlah orang yang berusia produktif/usia kerja setiap tahun terus bertambah. Sementara itu, jumlah perusahaan dan industri yang membuka peluang dan tempat bekerja sangat terbatas. Kondisi ini mengakibatkan makin meningkatnya jumlah pengangguran di Negara kita. Tingkat persaingan yang makin ketat di antara para pencari kerja. Peluang memperoleh pekerjaan yang layak pun semakin sempit. Akibatnya, banyak lulusan perguruan tinggi bekerja asal bekerja dan tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2011, awal Februari tahun 2011 jumlah pengangguran di Negara kita berjumlah 8,12 juta orang, dan akan terus bertambah setiap tahunnya, suatu jumlah yang sangat besar dan harus mendapat perhatian seluruh komponen bangsa. Untuk mengubah kondisi tersebut, masyarakat khususnya para pemuda baik penganut agama Islam, Katolik ataupun yang lainnya harus bertekad merubah orientasinya ke depan, “dari mencari kerja ke menciptakan pekerjaan”.
Para orang tua juga harus berupaya merasa bangga bila putera-puterinya menjadi wirausahawan walaupun tanpa gaji tetap setiap bulannya karena berwirausaha adalah pekerjaan yang mulia, dan akan lebih mulia lagi bila kegiatan wirausahanya mampu memberikan pekerjaan bagi orang lain Banyak bidang yang dapat dijadikan sebagai peluang untuk berwirausaha tanpa membedakan suku, agama dan ras sehingga hal ini akan menciptakan toleransi beragama dimana negara telah menjamin dan melindungi hak setiap warga negara untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Kamis, 20 Oktober 2011
Wirausaha sebagai Usaha memajukan Perekonomian
Berbicara masalah pengangguran tentunya berkaitan dengan masalah lapangan pekerjaan yang masing sangat minim sehingga tidak mampu menyerap seluruh angkatan kerja setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Pengangguran Terbuka berdasarkant Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 pada bulan Agustus 2010 mencapai 8,319,779 juta orang.
Untuk menekan angka pengangguran yang semakin tinggi, maka diperlukan penciptaan lapangan kerja baru sebanyak-banyaknya. Masuknya investor memang diyakini mampu mengurangi tingkat pengangguran yang ada, namun dalam situasi krisis global seperti sekarang ini, sangat sulit mengharapkan investor baru masuk, bahkan banyak diantara investor lama yang tidak mampu bertahan. Untuk itu diperlukan pengembangan wirausaha yang diharapkan akan mampu mengurangi pengangguran, menangkal arus globalisasi ketenagakerjaan asing yang masuk ke Indonesia, serta meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia
.
Dalam situasi sulit seperti ini, adalah lebih bijaksana jika kita tidak menyalahkan siapapun. Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan kondisi yang dapat menarik investor menanamkan modalnya. Para investor yang akan berinvestasi akan melihat prospek serta kondisi pasar investasi yang mereka tanamkan. Dan sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa sejak sebelum krisis pun Indonesia sudah kalah dengan negara-negara tetangga dalam hal kenyamanan investasi. Angka pengangguran yang tinggi merupakan tangung jawab kita bersama. Salah satu bentuk tanggung jawab kita adalah dengan cara tidak ikut ambil bagian menjadi pencari kerja. Dengan kata lain, kita dituntut untuk menjadi wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga mampu mengurangi angka pengangguran di negeri kita ini.
Saat ini wirausaha di Indonesia masih sangat minim, angka terakhir dari BPS menunjukkan bahwa wirausaha di Indonesia baru menunjukkan 0,18 % dari total seluruh populasi. Sedangkan untuk standar negara maju, angka wirausahanya berkisar pada angka 2 %. Indonesia tertinggal jauh dengan Singapura yang memiliki wirausaha sebesar 7 % dari total populasi 40 juta jiwa.
Minimnya wirausaha ini disebabkan karena adanya mental untuk jadi pegawai yang sudah tertanam dan menjadi penyakit secara turun-temurun dari bangsa Indonesia. Di samping itu, sistem pendidikan kita memang tidak dirancang untuk memberikan bekal wirausaha kapada siswa-siswinya. Para siswa dan mahasiswa hanya mengejar nilai dan mereka berlomba-lomba untuk memperoleh nilai terbaik agar kelak dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sistem pendidikan yang seperti ini justru mengarahkan pada meningkatnya angka pengangguran karena para lulusan akan menyerbu pasar kerja yang tidak mungkin dapat menampung jumlah mereka seluruhnya.
Wirausahawan di Indonesia yang masih sangat minim menunjukkan bahwa betapa negeri ini masih membutuhkan wirausahawan-wirausahawan baru yang dapat meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi. Melalui wirausaha diharapkan mampu meningkatkan sektor riil dan menjadi solusi perbaikan ekonomi karena sektor riil diyakini sebagai sektor yang paling mampu bertahan pada kondisi krisis global seperti sekarang ini.
Untuk menjadi wirausahawan, modal dasarnya adalah mental dan sikap kewirausahaan yang harus tertanam kuat agar menjadi wirausahawan yang tangguh dan ditunjang dengan inovasi dan kreatifitas untuk selalu meningkatkan nilai tambah.
Wirausaha memberikan peluang untuk meraih kesuksesan yang besar, meskipun risikonya juga tidak kecil. Selalu ada risiko akan kerugian dan ketidakpastian pasar. Selalu ada persaingan pasar dan yang kalah pasti akan tenggelam. Akan tetapi jika kita memilih untuk menjadi pencari kerja, maka risikonya juga besar, bahkan lebih besar daripada wirausahawan. Selalu ada risiko besar akan pemutusan hubungan kerja (PHK), dan juga akan selalu ada persaingan yang dimulai sejak pertama kali melamar pekerjaan.
Tangung jawab ada di tangan kita dan kita juga yang mengambil keputusan APAKAH KITA AKAN MENJADI PELAMAR KERJA DAN MENJADI ORANG GAJIAN, ATAU MENJADI PENGANGGURAN KARENA LAPANGAN PEKERJAAN YANG TERSEDIA TIDAK DAPAT MENAMPUNG KITA, ATAU MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG DAPAT MENAMPUNG DAN MENGGAJI PARA PENCARI KERJA SEHINGGA DAPAT MENGURANGI PENGANGGURAN. Semuanya tergantung kita sebagai mahluk yang memiliki akal yang tidak akan pernah kehabisan kreasi dan inovasi untuk terus berkembang.
Untuk menekan angka pengangguran yang semakin tinggi, maka diperlukan penciptaan lapangan kerja baru sebanyak-banyaknya. Masuknya investor memang diyakini mampu mengurangi tingkat pengangguran yang ada, namun dalam situasi krisis global seperti sekarang ini, sangat sulit mengharapkan investor baru masuk, bahkan banyak diantara investor lama yang tidak mampu bertahan. Untuk itu diperlukan pengembangan wirausaha yang diharapkan akan mampu mengurangi pengangguran, menangkal arus globalisasi ketenagakerjaan asing yang masuk ke Indonesia, serta meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia
.
Dalam situasi sulit seperti ini, adalah lebih bijaksana jika kita tidak menyalahkan siapapun. Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan kondisi yang dapat menarik investor menanamkan modalnya. Para investor yang akan berinvestasi akan melihat prospek serta kondisi pasar investasi yang mereka tanamkan. Dan sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa sejak sebelum krisis pun Indonesia sudah kalah dengan negara-negara tetangga dalam hal kenyamanan investasi. Angka pengangguran yang tinggi merupakan tangung jawab kita bersama. Salah satu bentuk tanggung jawab kita adalah dengan cara tidak ikut ambil bagian menjadi pencari kerja. Dengan kata lain, kita dituntut untuk menjadi wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga mampu mengurangi angka pengangguran di negeri kita ini.
Saat ini wirausaha di Indonesia masih sangat minim, angka terakhir dari BPS menunjukkan bahwa wirausaha di Indonesia baru menunjukkan 0,18 % dari total seluruh populasi. Sedangkan untuk standar negara maju, angka wirausahanya berkisar pada angka 2 %. Indonesia tertinggal jauh dengan Singapura yang memiliki wirausaha sebesar 7 % dari total populasi 40 juta jiwa.
Minimnya wirausaha ini disebabkan karena adanya mental untuk jadi pegawai yang sudah tertanam dan menjadi penyakit secara turun-temurun dari bangsa Indonesia. Di samping itu, sistem pendidikan kita memang tidak dirancang untuk memberikan bekal wirausaha kapada siswa-siswinya. Para siswa dan mahasiswa hanya mengejar nilai dan mereka berlomba-lomba untuk memperoleh nilai terbaik agar kelak dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sistem pendidikan yang seperti ini justru mengarahkan pada meningkatnya angka pengangguran karena para lulusan akan menyerbu pasar kerja yang tidak mungkin dapat menampung jumlah mereka seluruhnya.
Wirausahawan di Indonesia yang masih sangat minim menunjukkan bahwa betapa negeri ini masih membutuhkan wirausahawan-wirausahawan baru yang dapat meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi. Melalui wirausaha diharapkan mampu meningkatkan sektor riil dan menjadi solusi perbaikan ekonomi karena sektor riil diyakini sebagai sektor yang paling mampu bertahan pada kondisi krisis global seperti sekarang ini.
Untuk menjadi wirausahawan, modal dasarnya adalah mental dan sikap kewirausahaan yang harus tertanam kuat agar menjadi wirausahawan yang tangguh dan ditunjang dengan inovasi dan kreatifitas untuk selalu meningkatkan nilai tambah.
Wirausaha memberikan peluang untuk meraih kesuksesan yang besar, meskipun risikonya juga tidak kecil. Selalu ada risiko akan kerugian dan ketidakpastian pasar. Selalu ada persaingan pasar dan yang kalah pasti akan tenggelam. Akan tetapi jika kita memilih untuk menjadi pencari kerja, maka risikonya juga besar, bahkan lebih besar daripada wirausahawan. Selalu ada risiko besar akan pemutusan hubungan kerja (PHK), dan juga akan selalu ada persaingan yang dimulai sejak pertama kali melamar pekerjaan.
Tangung jawab ada di tangan kita dan kita juga yang mengambil keputusan APAKAH KITA AKAN MENJADI PELAMAR KERJA DAN MENJADI ORANG GAJIAN, ATAU MENJADI PENGANGGURAN KARENA LAPANGAN PEKERJAAN YANG TERSEDIA TIDAK DAPAT MENAMPUNG KITA, ATAU MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG DAPAT MENAMPUNG DAN MENGGAJI PARA PENCARI KERJA SEHINGGA DAPAT MENGURANGI PENGANGGURAN. Semuanya tergantung kita sebagai mahluk yang memiliki akal yang tidak akan pernah kehabisan kreasi dan inovasi untuk terus berkembang.
Berwirausaha dalam Kacamata Generasi Muda
Sebagian besar pemuda Indonesia menjadi wirausaha, namun adanya pemahaman yang kurang 'pas' terhadap kewirausahaan menghambat mereka untuk mewujudkannya. Faktor penyebab ketidak inginan menjadi wirausaha adalah merasa tidak mempunyai modal, merasa tidak berbakat, dan risiko bisnis terlalu besar. Upaya menyadarkan masyarakat (khususnya kelompok sasaran potensial, seperti: mahasiswa, generasi muda) perlu terus dilakukan, terutama mengenai:
1. Modal bukan satu-satunya kunci sukses wirausaha,
2. Kesuksesan wirausaha lebih ditentukan oleh kejelian dan keuletan wirausaha daripada bakatnya,
3. Risiko usaha dapat diminimalisasi dengan cara membuat perencanaan bisnis yang baik.
1. Modal bukan satu-satunya kunci sukses wirausaha,
2. Kesuksesan wirausaha lebih ditentukan oleh kejelian dan keuletan wirausaha daripada bakatnya,
3. Risiko usaha dapat diminimalisasi dengan cara membuat perencanaan bisnis yang baik.
Solusi untuk mengatasi pengangguran
Solusi untuk mengatasi pengangguran Pemuda di Indonesia sangat banyak. Hal ini harus dilakukan secara komprehensif dan total. Program-program mengatasi pengangguran tersebut mengedepankan:
Penguatan kecakapan hidup dan kewirausahaan yang komprehensif meliputi personal, sosial dan vocational skills, Keterpaduan antar lembaga yang bersifat horizontal maupun antar lembaga yang bersifat vertikal, dan Penjaminan terjadinya four in one process (rekrutmen, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, penyaluran /pemandirian lulusan)
Lembaga Pendidikan baik Formal maupun Nonformal harus mampu memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dengan semangat kewirausahaan. Kewirausahaan akan mampu menjadi solusi atas Pengangguaran pemuda di Indonesia dengan menghasilkan lulusan yang berbasis kewurausahaan. Semoga kontribusi Positif lembaga pendidikan akan semakin memajukan bangsa Indonesia.
Pemerintah sangat memprioritaskan program kewirausahaan sebagai upaya untuk penyerapan pekerjaan baru. Hal ini merupakan bagian yang utuh untuk memajukan dan memandirikan bangsa Indonesia.
(Sumber: Makalah Presentasi APEC)
Penguatan kecakapan hidup dan kewirausahaan yang komprehensif meliputi personal, sosial dan vocational skills, Keterpaduan antar lembaga yang bersifat horizontal maupun antar lembaga yang bersifat vertikal, dan Penjaminan terjadinya four in one process (rekrutmen, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, penyaluran /pemandirian lulusan)
Lembaga Pendidikan baik Formal maupun Nonformal harus mampu memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dengan semangat kewirausahaan. Kewirausahaan akan mampu menjadi solusi atas Pengangguaran pemuda di Indonesia dengan menghasilkan lulusan yang berbasis kewurausahaan. Semoga kontribusi Positif lembaga pendidikan akan semakin memajukan bangsa Indonesia.
Pemerintah sangat memprioritaskan program kewirausahaan sebagai upaya untuk penyerapan pekerjaan baru. Hal ini merupakan bagian yang utuh untuk memajukan dan memandirikan bangsa Indonesia.
(Sumber: Makalah Presentasi APEC)
Generasi Muda Masa Depan Gereja
Dewasa ini kisah tentang peran orang muda katolik (OMK) terhadap gerakan kekatolikan nyaris tidak pernah terdengar. “Bagaimana dapat memberikan kontribusi bagi gereja muda bila orang muda katolik tersebut berperan negatif dalam kehidupan individu maupun sosialnya!” Demikianlah mungkin persepsi yang ada di benak masyarakat pada umumnya. Mereka harusnya mengemban citra Kristus sebagai generasi penerus kelangsungan religiusitas Kristiani di masa mendatang malah menjadikan citra Katolik tersebut keruh.
Di sisi lain arus globalisasi ataupun modernisasi semakin kencang sehingga kekhawatiran tentang larutnya kekatolikan mungkin saja terjadi melihat generasi muda Katolik belum mendapatkan gemblengan rohani yang kuat.
Usaha mengembalikan peran yang hilang dan persoalan yang perlu dipikirkan menjadi tugas bagi masyarakat khususnya gereja adalah bagaimana peran yang harus dikembangkan sehubungan dengan adanya daya magnetik modernisasi saat ini.
Pembinaan yang berkelanjutan merupakan tugas dari gereja, hanya bersifat stagnasi dan pasif tidak berkembang berdaya kreatif, praktis dan kontekstual, maka “Roh Katolik” itu tidak akan mampu menjamah generasi muda saat ini dan saat ke depan.
Melalui pembinaan yang kreatif , diharapkan orang muda katolik juga dapat melakukan rekrutment dan memberikan keteladanan serta pengajaran kepada sesama orang muda katolik.
Pembinaan Ekonomi merupakan salah satu solusi kreatif guna memberikan jawaban bagi pengkaderan bagi generasi muda. Mengingat ekonomi merupakan salah satu dimensi kehidupan yang dengan mudah kita lihat dan kita rasakan sehingga peningkatan perekonomian generasi muda akan mampu menjadi pemersatu generasi muda gereja sehingga perkembangan gereja muda dapat terjadi.
Di sisi lain arus globalisasi ataupun modernisasi semakin kencang sehingga kekhawatiran tentang larutnya kekatolikan mungkin saja terjadi melihat generasi muda Katolik belum mendapatkan gemblengan rohani yang kuat.
Usaha mengembalikan peran yang hilang dan persoalan yang perlu dipikirkan menjadi tugas bagi masyarakat khususnya gereja adalah bagaimana peran yang harus dikembangkan sehubungan dengan adanya daya magnetik modernisasi saat ini.
Pembinaan yang berkelanjutan merupakan tugas dari gereja, hanya bersifat stagnasi dan pasif tidak berkembang berdaya kreatif, praktis dan kontekstual, maka “Roh Katolik” itu tidak akan mampu menjamah generasi muda saat ini dan saat ke depan.
Melalui pembinaan yang kreatif , diharapkan orang muda katolik juga dapat melakukan rekrutment dan memberikan keteladanan serta pengajaran kepada sesama orang muda katolik.
Pembinaan Ekonomi merupakan salah satu solusi kreatif guna memberikan jawaban bagi pengkaderan bagi generasi muda. Mengingat ekonomi merupakan salah satu dimensi kehidupan yang dengan mudah kita lihat dan kita rasakan sehingga peningkatan perekonomian generasi muda akan mampu menjadi pemersatu generasi muda gereja sehingga perkembangan gereja muda dapat terjadi.
Langganan:
Postingan (Atom)